Rabu, 30 Desember 2009

Test masuk Perusahaan Besar...

Test Masuk Perusahaan Besar

Ada sebuah perusahaan besar yang sedang mencari karyawan. Dalam tes tertulisnya, mereka hanya memberikan satu kasus untuk dijawab:
Anda sedang mengendarai motor di tengah malam gelap gulita dan hujan lebat di sebuah daerah yang penduduknya sedang diungsikan semuanya karena bencana banjir. Pemerintah setempat hanya bisa memberikan bantuan 1 buah Bis yang saat ini juga sedang mengangkut orang-orang ke kota terdekat.
Saat itu juga Anda melewati sebuah perhentian Bis satu-satunya didaerah itu. Di perhentian Bis itu Anda melihat 3 orang yang
merupakan orang terakhir di daerah itu yang sedang menunggu kedatangan Bis :

- Seorang nenek tua yang sekarat
- Seorang dokter yang pernah menyelamatkan hidup Anda sebelumnya.
- Seseorang yang selama ini menjadi idaman hati Anda dan akhirnya Anda temukan

Anda hanya bisa mengajak satu orang untuk membonceng Anda, siapakah yang akan Anda ajak ? Dan jelaskan jawaban Anda mengapa Anda melakukan itu.

Sebelum Anda menjawab, ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan:
Seharusnya Anda menolong nenek tua itu dulu karena dia sudah sekarat. Jika tidak segera ditolong akan meninggal. Namun, kalo dipikir-pikir, orang yang sudah tua memang sudah mendekati ajalnya. Sedangkan yang lainnya masih sangat muda dan harapan hidup kedepannya masih panjang.
Dokter itu pernah menyelamatkan hidup Anda. Inilah saat yang tepat untuk membalas budi kepadanya. Tapi kalo dipikir, kalo sekedar membalas budi bisa lain waktu khan. Namun,kita tidak akan pernah tau kapan kita mendapatkan kesempatan itu lagi.
Mendapatkan idaman hati adalah hal yang sangat langka. Jika kali ini Anda lewatkan, mungkin Anda tidak akan pernah ketemu dia lagi. Dan impian Anda akan kandas selamanya.
Jadi yang mana yang Anda pilih ?

Untuk direnungkan :
Dari 2000 an orang pelamar hanya 1 orang yang diterima bekerja di perusahaan tersebut. Orang tersebut tidak menjelaskan jawabannya, hanya menulis dengan singkat :
Saya akan memberikan kunci motor saya kepada sang dokter dan meminta dia untuk membawa nenek tua yang sedang sekarat tersebut untuk ditolong segera. Sedangkan saya sendiri akan tetap tinggal disana dengan Sang idaman hati saya untuk menunggu Bis kembali menolong kami.
Ya..jawaban diatas adalah jawaban yang terbaik bukan? tapi kenapa sebagian besar hal tersebut tidak kita pikirkan sebelumnya ?? Apakah karena kita terbiasa dengan tidak mau untuk melepas apa yang sudah kita dapatkan ditangan dengan susah payah. Dan bahkan berusaha meraih lagi sebanyak-banyaknya?

Terkadang…dengan rela untuk melepaskan sesuatu yang kita miliki, mengakui segala keterbatasan yang kita miliki dan melepaskan semua keinginan kita untuk sesuatu yang lebih mulia, kita akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar ….

Tukang cukur dan Tuhan..

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya.

Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.

Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.

“Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.
“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada.
Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada,
Adakah yang sakit??,
Adakah anak terlantar??
Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan.
Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.

Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (mlungker-mlungker- istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,

“Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”

Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”.

“Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”

“Tidak!” elak si konsumen.

“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.

“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.

” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.

“Cocok!” kata si konsumen menyetujui.

“Itulah point utama-nya!.
Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !

Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA.
Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”

Menari di tengah hujan

Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang pria berusia 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Aku menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.

Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Aku merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang aku sempatkan untuk memeriksa lukanya, dan nampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, aku putuskan untuk melakukannya sendiri.

Sambil menangani lukanya, aku bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak tergesa-gesa.

Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo untu makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer.

Lalu kutanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat.

Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir.

Aku sangat terkejut dan berkata, “Dan Bapak masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi?”

Dia tersenyum ketika tangannya menepuk tanganku sambil berkata, “Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia, ‘khan?”

Aku terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tanganku masih tetap merinding, “Cinta kasih seperti itulah yang aku mau dalam hidupku.”

Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi.

---

Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. “Hidup bukanlah perjuangan menghadapi badai, tapi bagaimana tetap menari di tengah hujan.”