Jumat, 18 Maret 2011

Teruntuk anakKu




Saat Aku membuat cerita dalam kehidupan ini, namamu telah terukir di dalamnya. Mengapa kau harus takut, bila kau tahu ada Aku disini?

Ketika tangisan pertamamu, dalam perempuan itu, Aku telah mempercayainya, untuk menjadi bagian dari cerita hidupmu. Mengapa kau terus menyakiti dan tak mau menerima dia apa adanya?

Ketika kau tidur, Akulah yang melukiskan awan-awan mimpimu. Agar saat kau membuka matamu, kau bisa mengejar awan mimpi itu. Mengapa kau harus menyerah karena samarnya? Padahal, kau tahu, Aku tak meninggalkanmu.

Ya, anakKu. Aku tak pernah meninggalkanmu.
Saat kau menangis, Aku sediakan pelangi untuk senyummu.
Saat kau berputus asa, Aku bukakan telingaKu untuk dengarkan keluhmu.
Saat kau takut, Aku menggandeng tanganmu.
Saat kau terpuruk, Aku selalu menopangmu.

Apakah ada janji yang tidak Aku tepati?
Anakku, yang terjadi dalam hidupmu, terlihat atau tidak, baik atau buruk, itu karena Aku tahu kapasitasmu. Aku percaya padamu, dan Aku ingin kau percaya padaku juga. Aku tak meninggalkanmu.

Aku mencintaimu, anakKu

Salam Cinta,
Papamu

Kamis, 17 Maret 2011

Nyayian seorang kakak

Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee , USA . Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang ke dua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya. Michael senang sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya diperut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih diperut ibunya itu. Nampaknya Michael amat sayang sama adiknya yang belum lahir itu.

Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh diluar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.

Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus!

Mami, … aku mau nyanyi buat adik kecil! Ibunya kurang tanggap.

Mami, … aku pengen nyanyi! Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya.

Mami, … aku kepengen nyanyi! Ini berulang kali diminta

Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael rengekan anak kecil.

Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.

Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup! Ia d ice gat oleh suster didepan pintu kamar ICU. Anak kecil dilarang masuk!. Karen ragu-ragu. Tapi, suster…. suster tak mau tahu; ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk! Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya: Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya! Suster terdiam menatap Michael dan berkata, tapi tidak boleh lebih dari lima menit!.

Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya … lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring “… You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey …” Ajaib! si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.

You never know, dear, How much I love you. Please don’t take my sunshine away. Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan terus, … terus Michael! teruskan sayang! … bisik ibunya … The other night, dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands … dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur … I’ll always love you and make you happy, if you will only stay the same … Sang adik kelihatan begitu tenang … sangat tenang.

Lagi sayang! bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan … adiknya kelihatan semakin tenang, relax dan damai … lalu tertidur lelap.

Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.

Hari berikutnya, satu hari kemudian si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah therapy ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai Mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh amat luar biasa! tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.

Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan “How much I love you”.

Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil “Michael” untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagiNYA bila IA menghendaki terjadi.

Rabu, 16 Maret 2011

[VID]A sad story about a father and his child because the bridge and the train

ni cerita tentang seorang pria yang sangat menyayangi anaknya. Dia bekerja sebagai Bridgemaster (Penjaga jembatan yg dilalui rel kereta api). Sehari-hari dalam pekerjaannya, anaknya selalu menemaninya. Dia suka melihat kereta lewat, mengamati orang2 didalamnya dan sedikit mengetahui pekerjaan ayahnya.
Pada suatu hari yang malang, pria tersebut mendapat perintah untuk mengangkat jembatan guna memberi lewat sebuah kapal barang. Kemudian pria tersebut pun mendorong tuas untuk mengangkat jembatan tsb. Jembatan terangkat pelan2 dan kapal barang itu pun mulai melaluinya secara perlahan. Sementara sebuah kereta yang melaju kencang dan dipenuhi ratusan penumpang terlihat dari kejauhan. Si anak melihat hal itu dan mengira kereta tsb akan menabrak jembatan jika jembatan tsb tidak segera diturunkan. Dia kemudian melihat kearah pos kerja ayahnya dan memanggil2. Ayahnya tidak kelihatan. Anak itu tanpa pikir panjang, segera berlari kearah panel kontrol yang berada diruangan mekanisme jembatan bekerja. Dia kemudian membuka pintu palka yg terletak dibawah tanah tsb dan berusaha mendorong tuas dari atas untuk mengubah jalur rel kereta. Tak lama ayahnya kembali ke pos untuk menurunkan jembatan yang ternyata telah menyadari kedatangan kereta tsb dan memandang keluar untuk melihat anaknya. Dia heran melihat anaknya tidak berada ditempat bermainnya dan berusaha mencari keberadaannya sedangkan kereta sudah mendekat. Ketika pria tsb melihat kearah ruang palka, dia melihat anaknya terjatuh ketika hendak mendorong tuas pengendali jalur kereta. Dia kaget seketika dan berteriak2 memanggil anaknya sedangkan kereta sudah melaju mendekati jembatan tsb. Dia menyadari kalau dia menurunkan jembatan tsb, anaknya akan hancur terjepit oleh jembatan itu. Pria itu serba salah, bingung dengan situasinya. Dia meraung2 memanggil anaknya tapi tak kuasa meninggalkan posnya sedangkan kereta sudah mendekat dalam hitungan detik. Dia kemudian memegang tuas dan melihat kearah kereta sambil menangis.
Akankah dia menarik tuas untuk menurunkan jembatan tsb dan menyelamatkan orang banyak dengan mengorbankan anak yang sangat dicintainya, ataukah dia akan membiarkan kereta yang ditumpangin ratusan orang itu menabrak jembatan dan menyelamatkan anak satu-satunya???

SURAT DARI TUHAN

Saat kau bangun di pagi
hari, AKU memandangmu dan berharap engkau akan
berbicara
kepada-KU, walaupun hanya sepatah kata meminta
pendapat-KU
atau bersyukur kepada-KU atas sesuatu hal yang indah
yang terjadi
dalam hidupmu hari ini atau kemarin.......



Tetapi AKU melihat
engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi
bekerja, AKU
kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu
akan ada
sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapa-KU,
tetapi engkau
terlalu sibuuuuuk......



Di satu tempat, engkau duduk
di sebuah kursi selama lima belas menit tanpa
melakukan apapun, kemudian
AKU melihat engkau menggerakkan kakimu. AKU berpikir
engkau
akan berbicara kepada-KU, tetapi engkau berlari ke
telephone dan
menelpon seseorang teman untuk mengeluarkan perasaan
dan isi hatimu saat
ini.......



AKU melihatmu ketika
engkau pergi bekerja dan AKU menanti dengan sabar
sepanjang hari.
Dengan semua kegiatanmu, AKU berpikir engkau terlalu
sibuk
mengucapkan sesuatu kepada-KU. Sebelum makan siang
AKU
melihatmu memandang ke sekililing, mungkin engkau
merasa malu untuk
berbicara kepada-KU, itulah sebabnya mengapa engkau
tidak
menundukkan kepalamu.

Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan
melihat beberapa
temanmu berbicara dan menyebut nama-KU dengan lembut
sebelum
menyantap rizki yang AKU berikan, tetapi engkau tidak
melakukannya......


Yah tidak apa-apa, masih ada
waktu yang tersisa dan AKU berharap engkau akan
berbicara
kepada-KU, meskipun saat engkau pulang ke rumah
kelihatannya
seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan....



Setelah tugasmu selesai,
engkau menyalakan TV, AKU tidak tahu apakah kau suka
menonton TV
atau tidak, hanya saja engkau selalu kesana dan
menghabiskan banyak waktu
setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun dan
hanya menikmati
acara yang ditampilkan.



Kembali AKU menanti
dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati
makananmu, tetapi
kembali engkau tidak berbicara kepada-KU....



Saat tidur KU-pikir
kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat
malam kepada
keluargamu, kau melompat ke tempat tidur dan tertidur
tanpa sepatahpun
nama-KU kau sebut. Tidak apa-apa, karena mungkin
engkau tidak
menyadari bahwa AKU selalu hadir untukmu.......



AKU telah bersabar
lebih lama dari yang kau sadari.....

AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar
terhadap orang lain......

AKU sangat menyayangimu.....

Setiap hari AKU menantikan sepatah kata, do'a,
pikiran atau syukur
dari hatimu......


Baiklah.....engkau bangun
kembali dan kembali AKU menanti dengan penuh kasih
bahwa hari ini
kau akan sedikit meluangkan waktu untuk
menyapa-KU....



Tapi yang
KU-tunggu.....ah, tak juga kau menyapa-KU

Subuh, Dzhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh lagi
kau masih mengacuhkan
AKU....

ak ada sepatah kata, tak ada seucap do'a, dan tak
ada rasa, tak ada
harapan dan keinginan untuk bersujud kepada-KU...



Apakah salah-KUpadamu ?.......

Rizki yang KU-limpahkan,

Kesehatan yang KU-berikan,

Harta yang KU-relakan,

Makanan yang KU-hidangkan

Anak-anak yang KU-rahmatkan,

Apakah hal itu semua tidak membuatmu ingat kepada-KU?.......



Percayalah, AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap
berharap suatu saat engkau akan menyapa-KU, memohon
perlindungan-KU, bersujud kepada-KU.......



Yang selalu menyertaimu setiap saat,

Selasa, 08 Maret 2011

Belajar Dari Ibu Penjual Kue


Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplah seorang ibu penjual tempe. Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lalukan sebagai penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang. "Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya. .." demikian dia selalu memaknai hidupnya.

Suatu pagi, setelah shalat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe, dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atasmeja panjang. Tapi, deg! dadanya gemuruh. Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian.

Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang kedelai, yang akan dia olah kembali menjadi tempe.

Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku..." Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya.

Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe. Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan... dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacang kedelainya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Allah pasti sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi.

Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah. Bantulah aku, kabulkan doaku..."

Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan... belum jadi. Kacang kedelai itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang kedelai tersebut. "Keajaiban Tuhan akan datang... pasti," yakinnya.

Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, "tangan" Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa... berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya.

Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. "Pasti sekarang telah jadi tempe!" batinnya. Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan... dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi.

Kecewa, airmata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi? Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk.

Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar... merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya.

Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan... esok dia pun tak akan dapat makan.

Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan "teman-temannya" sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya kian memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat...

Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. "Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya?"

Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan kedua tangannya. "Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe..." Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. "jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe..."

"Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?" tanya perempuan itu lagi. Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat?

Pembaca, Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi! "Alhamdulillah!" pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. "Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?"

"Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Shalauddin, yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu?"

----------------------------------Selesai--------------------------------

Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa, dan "memaksakan" Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa, merasa hidup ini tidak adil. Padahal, Allah paling tahu apa yang paling baik untuk hamba-Nya. Sungguh, semua rencana Allah adalah SEMPURNA.

Kamis, 27 Januari 2011

Peace to my Dearest

Jika suatu saat kau bertanya padaka

Mana yang lebih penting, kehidupanku atau kehidupanmu?

Maka aku akan menjawab KEHIDUPANKU.

Mungkin kemudian kamu akan pergi

Dan meninggalkan ku.

Tanpa tahu, kamu adalah kehidupan ku.